Postingan

Anon

Dulu, diam adalah segalanya bagiku. Baik dan damai menurutku. Setiap hentak dan bentak, kecewa dan nestapa, rasanya hanya bisa kupendam tanpa suara.  Sampai kujumpa ia, dingin tapi sedikit hangat. Mulai ku kenalkan setiap kata kepada dunia luar. Kasihan, sebelumnya kata kataku selalu ku penjarakan dalam kepala dan dada.  Aku mulai bisa berbicara dan mengutarakan setiap rasa, karena ia. Rumah, adalah gambaran bagiku untuknya. Rasanya ingin sekali bercerita tanpa sela kepadanya. Hidupku mulai terasa mudah dan semakin mudah. Tapi, manusia memang selalu bisa berubah. Aku pun sama. Ia menjadi beda. Rasa kecewa mulai mengendalikan emosi dan ragaku. Tiga tahun, tapi mengapa ragu yang semakin datang? Ketika ku mulai berpendapat, selalu buruk yang ia tangkap. Apa karena ia mulai mendewakan kesibukannya? Berkecimpung dengan diri sendiri dan lingkungan barunya. Sampai lupa tempat ia berkeluh sebelumnya. Aku yang harus mengerti, tanpa balasan dimengerti. Bukan ingin imbalan, tapi bukankah...

Bintang dan Nona

Tentang bintang yang merindukan cahaya. Ah.. rasanya bintang tidak lagi menjadi bintang. Atau.. bintang hanya terjebak diantara lautan cahaya terang, sedang ia tak bisa menandinginya? Oh iya. Bintang bercerita padaku, katanya ia sedih. Bimbang. Tak mengerti akan langkahnya. Hmm kukira bintang tak kan pernah redup. Ia kesal. Ia tak lagi memiliki hasrat pada angkasa. Katanya, ingin beristirahat. Bintang pernah jatuh ke bumi. Ia tersesat di tumpukan lembut awan putih. Melihat betapa indahnya bumi dari lapisan seputih sanubari. Tak disangka, bintang melihat bumi yang penuh keserakahan, perebutan populeritas, pengakuan kekuasaan, serta pertunjukkan keputusasaan. Bintang heran. Apakah memang kehidupan bumi serumit itu? Tibalah bintang fokus pada seorang nona. Ia melihat betapa redup dirinya, betapa sesak atmosfer tubuhnya. Ah.. nona sedang tidak baik rupanya. Nona sedikit marah. Tidak. Tidak sama sekali kepada orang di sekitarnya. Tidak kepada alam. Tidak kepada bumi. Apalagi kepada binta...

SELF

I see the dark, I see the bright Both of them are making me blind I can be the dark, I can be the bright See? It's all the choices Sometimes, I want to bring myself out of the fears But it goes nothing It's a fool Drowning myself, out of control And dying Nobody feels whole of my feelings, exactly I don't want them to feel It's a problem, my own problem But it's hard to keep alone, I need them I need them to see, to feel So I don't have to be alone But.. Who cares? I think everybody on this island has their own problems Would they like to hear mine? I want to go far and far away Bringing my fears and let the wind blow it Nothing happens except freedom I want to be hero of myself Spreading the love to myself Filling a rainbow Could it be the new me? I'll be the greatest me.

Faded

It's hard to understand Both of want and love You may have someone to fill your day But then you feel you don't belong to them Not you supposed to be with They lie, cheat for a lil more times over and over again More than you can bear How would you stay You're not thinking for the next one Not your willing But, it seems you have to go for the next chapter with a new one It's fine, isn't it?

Kamis

Pagi begitu baik disambut, cerah dan tak terasa lelah Kau tau? semangat gadis itu kian meletup Sumringah dalam suasana hati nan gundah Raut wajahnya terlihat biasa, biasa menutup keadaan yang ada Kau tau? baginya, kau adalah dewa, dititipkan padanya dalam nestapa Lara tak begitu lantas terasa, renyah hilang begitu saja Sayangnya, kau menerkam, membuat raganya bak tanpa jiwa Lemah lembayung tertatih Membuatnya begitu habis, lirih dan tak lagi berisi Derai perangainya pun kian layu Tak lagi bisa berambisi dengan dirinya Gelak sayup merdu tangisnya kini meluap Mengeluarkan segala amarah dalam sudut pandang yang salah

Doi

Disini gua bakal nulis tentang seseorang yang menurut gua lelaki sebaya tersabar yang pernah ngadepin gua. Yap. Doi sepantaran sama gua, tepatnya 18 hari lebih muda dari gua (hehe). Pertama kali gua ketemu dia pas semester 2 kuliah. Gua sama doi sekelas. Saat itu doi udah punya cewe dan gua masih tetep gua dengan bayangan mantan dalam sebujur lahir batin gua, belom bisa move on. Awalnya sih gua ga ada perasaan apapun sama doi, gua cuman sering godain aja lol. Terlebih gua emang gitu, becanda aja. Gua sering bilang badan dia pelukable , gua punya gelang yang sama kayak gelang yang dia punya, dan gua sering banget bilang kalo gua sama doi jodoh karna punya gelang yang sama. Ga sadar gua seganjen itu. Walau becanda aja hm. Doi juga selalu nanggepin banyolan gua. Untungnya doi orangnya nyablak juga jadi gua gituin juga biasa aja orangnya. Akhirnya ketika semester 2 mau kelar, gua bikin grup berlima (gua, doi, bagas, dita, yunian). Kita berlima main bareng dan lainlain. Gua gapernah ada ra...

Retak

Entah darimana ku harus memulai. Kau tak mengetahui aliran pikiran yang membuatku berkali meleburnya. Anggapmu, itu sebuah hal yang terlalu di luar batasnya. Kau tau? tak sama dengan jalannya pikiran rumitku. Mungkin waktu mencoba membuka segala sisi dari kau dan aku. Membuat hal putih dan hitam tak lagi transparan. Aku suka dengan lembutnya sifat dan sikapmu. Hanya saja tak kau ketahui betapa rindu insanku dengan perhatian manismu. Perlahan, waktu menjawab tanyaku. Katamu setiap insan berubah dengan waktunya. Tapi ku rasa waktu bersahabat denganku. Ia tak mengubah seseorang. Kau tau? tirakatku mungkin hanya butuh teman. Tak mau sendiri tanpa dimengerti. Kau ku percaya, ku buat surgaku bercerita. Kau tau? kaulah yang tahu setiap detail hidupku. Tanpaku sembunyikan yang tersembunyi. Hasratku besar padamu. Inginku, kau mendengarkan. Tidak. Tidak usah kau repot untuk memberi tanggapan ilmiah. Hanya saja, dengarkan. Kau selalu mengatakan “ceritakan saja”. Tapi tak jarang kau kelabui s...