Retak
Entah darimana ku harus memulai. Kau tak mengetahui aliran
pikiran yang membuatku berkali meleburnya. Anggapmu, itu sebuah hal yang
terlalu di luar batasnya. Kau tau? tak sama dengan jalannya pikiran rumitku.
Mungkin waktu mencoba membuka segala sisi dari kau dan aku. Membuat hal putih
dan hitam tak lagi transparan. Aku suka dengan lembutnya sifat dan sikapmu.
Hanya saja tak kau ketahui betapa rindu insanku dengan perhatian manismu.
Perlahan, waktu menjawab tanyaku. Katamu setiap insan berubah dengan waktunya.
Tapi ku rasa waktu bersahabat denganku. Ia tak mengubah seseorang. Kau tau?
tirakatku mungkin hanya butuh teman. Tak mau sendiri tanpa dimengerti. Kau ku
percaya, ku buat surgaku bercerita. Kau tau? kaulah yang tahu setiap detail
hidupku. Tanpaku sembunyikan yang tersembunyi. Hasratku besar padamu. Inginku,
kau mendengarkan. Tidak. Tidak usah kau repot untuk memberi tanggapan
ilmiah. Hanya saja, dengarkan. Kau selalu mengatakan “ceritakan saja”. Tapi tak
jarang kau kelabui setiap bait ceritaku. Menepis frasaku. Kau juga selalu
ingkar dengan salahmu. Apa aku sama halnya denganmu? Katakanlah.
Hey, ketahuilah, mungkin insanku hanya rindu baluran semaimu.
Komentar
Posting Komentar